aboutchatlinksarchives


Rabu, 18 Maret 2015
We Born Alone and We Die Alone @ 07.08


Pagi ini ketika sedang dalam perjalanan menuju kuliah, di perempatan MM UGM, aku melihat sepasang kakek nenek renta menyebrang jalan yang penuh dengan banyak kendaraan berlalu. Sepasang renta tersebut saling bergandeng tangan, nampaknya sang kakek agak mengalami kesulitan melihat karena langkahnya tertatih dan tidak semantap langkah nenek. Melihat pemandangan itu, rasanya hatiku tergerus. 

Teringat tentang status di media sosial yang dibuat oleh kakak kelas waktu SMA, semakin banyak angka yang melambangkan lama kehidupan kita, semakin sedikit teman yang kita punya. Aku setuju dengan pendapat ini. Otakku langsung memutar memori ketika SD, di mana teman-teman sekelas akan selalu bermain bersama ketika istirahat, pun ketika main di luar sekolah juga bermain ramai-ramai. Therefore, aku tidak pernah merasa sepi. Ketika SMP dan SMA juga, selalu ada teman untuk diajak bermain bareng-bareng. Aku tidak pernah benar-benar menghargai, menyadari betapa valuablenya hal ini hingga aku duduk di bangku kuliah. Di bangku kuliah, kehidupan pertemanan tidak sama lagi. I am sorry I've taken your presences for granted,  dear old mates. 

Sepasang renta tua yang bergandengan tangan menyebrang jalan pun mengingatkanku pada hal ini, we born alone and we die alone. Kita bertemu, kita berteman, kita menyayang, karena jalan takdir kita berpapasan satu sama lain. Jadi, hargai, syukuri, segala hal yang kamu punya sekarang, kamu tidak tahu akan kehilangan mereka kapan. Bisa jadi satu jam lagi, satu hari lagi, satu windu lagi. You don't know what you;ve got, til its gone. 

Label: ,


takes off against the wind, and not with it
Welcome! Selamat datang!

This is my forte. I shall write what I want, post thoughts, inspirations, pretty much anything that comes to my mind.